Welcome in "SEJUTA MIMPI"

Rabu, 11 Januari 2012

Sekilas Tentang Tulisan Saya....... Monggo di Coment


Sejuta Impian 
Terdengar suara orang mengetuk pintu kamarku, “tok…tok…tok..” “mad, bangun udah pagi”. Suara itu kudengar dengan jelas.  Ya, itu suara ibuku,  Seorang wanita hebat  yang telah mendidik dan membesarkanku hingga sekarang. Aku memang seorang lelaki yg tidak lepas dari yang namanya ibu. ya maklum lah, karena aku anak paling kecil. Sedikit gambaran tentangku, namaku Ahmad. Aku biasa di panggil mamad oleh ibu ku. aku lahir dari 4 bersaudara dan aku anak ke-4. Sekarang aku duduk di bangku SMK. Sebuah sekolah menengah kejuruan yang berasaskan islam. Aku mengambil jurusan tekhnik computer jaringan (TKJ) yang sebenarnya kurang kusukai. Aku lebih menyukai jurusan tata boga (masak) karena lebih sesuai kehobiku yang suka makan. Dulu aku berkeinginan untuk masuk ke salah satu smk yang ada jurusan tata boga di kota solo ini. Tapi aku mendapat cacian dari kakak laki-lakiku, katanya cowok itu gak pantes sekolah di boga. Setelah aku perang argument dengan kakakku yang ahli silat lidah itu akhirnya aku mengalah dan menurut saja ketika di suruh masuk ke jurusan TKJ ini. Aku sendiri tak tahu mengapa aku di takdirkan masuk ke sekolah ini. Awalnya aku mendaftar di salah satu smk negeri yang terkenal TKJ nya, namun setelah mengadu nilai dengan beberapa pesaing yang lain akhirnya aku tersisih dan dengan setengah hati memasuki sekolah ini. Sekolah yang memberikanku banyak hal, sekolah yang mengajarkanku akan arti kehidupan, dan sekolah yang mengajarkanku akan arti sebuah perjuangan. Dulu sempat aku di tawari masuk ke SMA favorit di kota solo ini oleh kakak perempuanku, mengingat nilaiku UN juga lumayan bagus dan juga di SMA itu terdapat organisasi PMR yang sudah tidak di ragukan lagi kualitasnya. Aku menyukai segala macam organisasi yang ada di lingkungan sekolah, masyarakat maupun lingkungan rumah. Terlebih lagi tentang kesehatan, yang sudah sejak SD aku menyukainya.
Tak lama setelah pintu kamar aku buka, ibu berkata “udah pagi le, sekolah nggak kamu??” kemudian aku menjawab “iya bu, bentar ya baru ngejadwal neh… hhhee”. Aku sudah terbiasa bangun kesiangan, maklumlah anak muda. Ibu sudah sangat hafal dengan kebiasaanku ini, selain itu  aku juga  orang yang pemalas, ibu selalu memarahiku tiap pagi. Tujuannya baik, yakni agar aku gak kesiangan berangkat ke sekolah. setelah aku keluar dari kamarku, aku langsung menuju ke kamar mandi. Di kamar mandi aku buru-buru mandi biar gak terlambat ke sekolah. Guru-guruku sudah hafal betul denganku, karena aku sering terlambat masuk ke sekolah. Meskipun aku punya sejuta alasan tentang keterlambatanku, tak ada yang peduli dengan itu semua.
Selesai dari kamar mandi aku segera bersiap-siap dan segera bergegas untuk pergi ke sekolah. Aku gak pernah nyisir rambutku karena menurutku itu hanya akan membuang-buang waktuku J hehe. menurutku orang di lihat baik bukan dari penampilan luarnya, tetapi dari dalam diri orang tersebut. Sebelum berangkat aku sempat melirik jam tua yang ada di dinding ruang tamuku. “Gawat, udah jam 06.57” sesalku dalam hati. Tanpa basa-basi aku segera mencari orangtua ku untuk meminta uang saku (maklumlah, jiwa pelajar brooo…hha). Orang tuaku bilang “hayo, udah jam segini, telat nggak nanti??” kemudian dengan ringan kujawab “santai wae bu, anake pejabat Negara itu kalok telat tetep boleh masuk ke sekolah” hehehe…. (sambil nyengir). Maklumlah, ayahku seorang ketua RT di sini (bukanya sombong lho ya). Kemudian dengan sangat bersemangat aku berpamitan pada kedua orangtuaku dan bergegas menuju ke sekolahku tercinta J.
Sekolahanku berada di daerah laweyan, berjarak sekitar 8 km dari rumahku. Di perjalanan aku memikirkan alasan buat njagani (bahasa indonya “mempersiapkan”) kalok seumpanya aku nanti terlambat datang ke sekolah (biar nggak grogi kalo di Tanya guru BP nanti). Dengan motor kesayanganku “si ninja merah” (sebutan buat motor yang selalu setia mengantarku kemanapun aku pergi) aku melewati setiap tikungan dengan cepat dan selamat (bagaikan valentine rossi, hhee). Tujuanku hanya satu, yakni biar nyampek ke sekolahan tepat pada waktunya. Dan ternyata di depan gerbang sekolahku sudah berdiri sesosok makhluk dengan perawakan sangar menantiku di depan gerbang sekolah, dialah guru BP ku. Namanya pak gatot, tapi aku sering memanggilnya dengan sebutan pak kumis. Alasanya karena beliau memiliki kumis yang lucu bagaikan pagar istora senayan, heehehehe.  Dia bilang padaku “ndang cepet le, keburu pak kepala sekolah dateng… ntar malah nggak di bolehin masuk”.  aku bergegas masuk ke sekolah dengan perasaan cemas. sekolahanku ini memang sangat unik, semua tergantung pada kepala sekolah (kayak presiden aja, apa-apa harus ijin kepala sekolah). aku tiba di sekolah saat teman-temanku sudah membaca al-qur’an. Aku tau bahwa aku terlambat lebih dari 5 menit. Setelah memarkirkan motor kesayanganku di tempatnya, aku segera bergegas naik ke ruang BP.
Di depan pintu sudah berdiri makhluk  ganas yang menyeramkan menantiku dengan muka sangarnya (bayangkan sendiri ya….hhheee). aku memasuki ruangan pengap dan sempit itu dengan perasaan takut, cemas dan gugup (komplit pokoknya). Guru BP ku memandangku dengan teliti, “udah mandi belom kamu le???” tanyanya kepadaku. “udahlah pak, wes ganteng kayak gini ug” jawabku sekenanya. “lha kog masih telat??” “anu pak, tadi kehabisan bensin di jalan ug” jawabku dengan tegas (padahal iku ngapusi…hehehe). “opo nggak di cek dulu tadi pagi???”. “enggak ug pak, buru-buru soalnya”. “wessss jan tenann kamu iku le, dasare keset (bahasa indonya “malas”)”. Aku hanya senyum ringan menanggapinya. “yawes, kamu ngaji dulu habis itu baru boleh masuk kelas”. “siaapp pak, laksanakan (sambil ketawa)”. “Ini surat ijin masuknya, buruan masuk sana biar nggak ketinggalan pelajaran”. “makasih pak J”, haahh, akhirnya keluar juga dari kandang macan itu (gumamku dalam hati).
 “took….took..took….” suara pintu kelas yang aku ketok. “massuuukk” jawab teman-temanku dengan kompak. “kreengkeettt” suara pintu tua di ruang kelasku yang aku buka. “huuuuu,,, ajaarr gali jam segini baru dateng” sorak teman-temanku dari dalam kelas. Aku hanya tertawa dan kemudian menimpali “gak masalah, anaknya  pejabat Negara ug, hahahahaaa”. Aku menyerahkan surat ijin masuk ke guru yang sedang mengajar saat itu. Kebetulan pelajaran pertamaku adalah matematika, yang kata sebagian orang merupakan pelajaran yang sulit (menurutku sih biasa-biasa aja). “silahkan duduk ahmad” guruku yang baik hati itu mempersilahkanku untuk menempati kursiku. “makasih pak” jawabku sambil menghela nafas tanda lega. Guru matematika ku itu namanya pak arjun, tapi anak-anak biasa memanggilnya pak alay (mungkin karena dia orangnya agak lebay, hehee.) orangnya gak cakep-cakep amat sih, tapi dia orangnya baik kug J.
Baru masuk jam pelajaran ke-2, terdengar  suara “kreeecek - kreecceek”. Setelah aku cek ternyata itu suara dari perutku yang sedang melakukan demo di bundaran usus 12 jari. Maklumlah, karena bangunku kesiangan jadi aku gak pernah sempat buat sarapan. Padahal menurut penelitian dokter, “jika asupan makanan kita kurang dan otak di paksa bekerja terus menerus dengan keadaan perut kosong, maka lama kelamaan sel dalam otak akan mati satu persatu” (gayane sok ngerti). Aku memang hobi makan, di setiap penjuru warung makan yang ada di sekitar komplek sekolahku sudah aku coba satu persatu (maklumlah, makan itu kan hobiku). “kamu laper to mad???” Tanya temen sebelahku. “iya i toh, biasalah belom sarapan nda”. “nyat isohmu mung mangan tok ug mad-mad” (artinya : emang bisamu cumak makan doang mad-mad) ejek temenku. “kalog aku gak makan nanti kasian para petani yang udah susah payah nanem padi” (jawabku sok sosialis). “hahahaaa, gayamu kayak menteri pangan aja” ejeknya lagi. “loh, aku iku emang menteri kug bro, menteri makanan maksutnya, hahahaaa. Memang aku ini biasa di bilang orang yang pede dan pandai ngomong (agak berbangga diri sedikit).
“mamad!!! maju ke depan sini” panggil guruku dengan nada agak tinggi. “ada apa pak???”. “kamu itu, di beri pelajaran malah bicara sendiri!!!”. “hhe, lha si madun  ngajak becanda ug pak” jawabku dengan sedikit rasa bersalah. “udah, gak usah banyak omong,  sekarang kerjakan soal ini di papan tulis”. “siaaap pak, gampang kalok soal itu”. Aku memang tergolong siswa yang agak pandai di kelas, tetapi yang banyak di sayangkan oleh kebanyakan guruku adalah ketidak disiplinanku yang membuat namaku terkenal di SMK ini (padahal terkenal siswa telatan, heheee). “nah, gitu dong mad, kamu rame boleh tapi harus bisa” kata pak arjun kepadaku.
“teet…teettt…teett….” Suara bel di sekolahku menandakan waktu istirahat telah tiba. Itu artinya saatnya cacing-cacing yang ada di perutku makan. Aku bergegas menuju kantin sekolah yang letaknya di lantai 1 (ruang kelasku berada di lantai 2), takut kehabisan jatah nasi, Heheheee. Selesai mengisi perut aku membayar makanan yang aku makan, aku menghitung sendiri berapa total yang harus aku bayar. Pak parto sudah percaya denganku. (aku mengeluarkan uang 10 ribu) “kembali berapa mad??”. “nasi 3.000, tahu 1.000, minum 1.000, jadi kembali 5 ribu pak” gayaku bagaikan menteri keuangan. “terima kasih, itu sambelnya masih ada mad” kata pak parto mengingatkan.  “heheee, udah ah pak besok lagi aja”. Aku memang senang sekali dengan yang namanya sambel. Menurut penelitian para ahli, sambel itu mengandung vitamin A yang sangat baik bagi mata. Sambel juga dapat memacu lidah untuk dapat berbicara lebih cepat dan tepat.
“hari ini panas sekali ya” kataku pada madun. “iya juga ya, gak kayak biasanya”. “ntar habis pulang sekolah kamu mau ke mana dun???”. “aku mau ke SS mad, mau beli saldo pulsa” temanku yang satu ini memang penjual pulsa di rumahnya, dia bisa si bilang pandai di kelas. “eeuump, yaudah weh gak jadi” dengan muka memelas. “emangnya mau ke mana mad???”. “niatku sih mau ngajak ke City walk, ke tempat biasa” di sanalah tempatku biasa nongkrong, tempat yang asyik di tengah kota. Sama seperti anak-anak muda pada umumnya, aku juga biasa nongkrong sambil cerita kesana-sini. “waduhh, sory aku gak bisa, besok aja gimana???”. “yaudah deh gpp, aku pergi sama si kuntet aja”. kuntet itu temanku dari kelas sebelah, dia temanku sejak dari SD. dia orang yang lebih berfikiran dewasa dari aku, maklumlah lebih tua dari aku, heheheee.
“teeeetttttttt…….teeeettt…….teeeetttt” bunyi bel panjang di sekolahku menandakan waktuku menuntut ilmu telah selesai. “mad, jadi ke CW nggak???” tanya kuntet yang menghampiriku. “iya jadi lah, itung-itung sekalian nenangin fikiran”. “ayoookk, gak usah pakek lamaa” ajak kuntet dengan semangat. “drrruunn druuunnn drruunnn” suara si ninja merahku ketika aku menghidupkan mesinnya. tak butuh waktu lama kami pun sampai di tujuan. aku segera pesan makanan yakni semangkuk mie ayam dengan banyak sawi. aku memang sangat menyukai sayuran, karna di dalam sayuran mengandung banyak serat yang baik di bagi tubuh kita (menurut buku yang aku baca sih J). sambil menunggu pesanan kami datang, ada bapak-bapak yang ngajak kami ngobrol. kutaksir usianya sekitar 40 tahun yang berprofesi di sebuah perusahan besar di kota ini. (sambil memegang koran) “kepala dinas pendidikan terjerat korupsi” katanya dengan suara yang lantang. “iya tuh pak, giliran udah tenar uang rakyat di makan semua” sahut kuntet tak kalah serunya. (meletakkan koran) “memang lah mas, kalok orang sudah di atas itu lupa segalanya” jawab bapak tersebut dengan nada ringan. “iya juga ya pak, banyak godaannya soale” sambungku. “saya itu juga orang dinas pendidikan mas, tapi saya lebih memilih berwirausa sendiri, itung-itung membuka lowongan pekerjaan” kata bapak itu. “memangnya nggak eman-eman ya pak??” kataku. “enggaklah mas, sekarang saya malah bisa membuka lapangan kerja bagi orang banyak, itu lebih membanggakan menurut saya”. “emang perusahaan bapak apa sih?? kalok boleh tau pak, hheeee” tanyaku dengan sedikit senyum. “itulah mas, cumak perusahaan obat-obatan kecil yang di deket sekolahanmu itu” ucapnya  dengan rendah hati. “loh, itu kan perusahaan besar pak” kata kuntet menyahut pembicaraan. “iya pak, itu perusahaan besar kan, kok bapak mau makan di tempat seperti ini???” ucapku agak terkejut. “syukurlah mas, berkat kerja keras dan do’a saya dulu, di tempat ini mengingatkan pada masa muda saya, waktu semasa masih SMA seperti kalian ini”. “eemmp, memangnya dulunya tempat ini sudah ada toh pak???” tanyaku. tempat makan ini berada di sudut kotaku, menjajakan mie ayam yang luar biasa rasanya. (bapak itu menghela nafas) “tempat ini sudah ada sejak saya muda dulu mas, dan ini tempat perjuangan saya, tempat suka duka saya” katanya dengan nada sedih. “loh, kog sedih pak??” tanyaku agak bingung.
“ini mas mie ayamnya” kata penjualnya dengan senyum ramah. “oohh,, iya buk, makasiihhh”. kata kuntet kepada penjual itu. “di makan dulu aja mas mienya, nanti keburu enggak enak loh” kata bapak yang tadi. “bapak sudah makan???” tanyaku. “sudah mas, sudah habis 2 mangkuk malahan, heheehee J”. “srruuup…sruuuppp” suara kuah mie yang di makan kuntet. “enaaakkk, mie ayam di sini enak sekali ya” kataku. “iya mad, tooopp pokoknya” sambung kuntet. (meletakkan mangkuk mie) “paakk, lanjutin ceritane yang tadi doong” pintaku kepada bapak yang tadi. “waduhh, 30 menit lagi saya harus balik ke kantor mas”. “waduuhh, yasudah lah pak L” dengan muka memelas. “maaf ya mas, laen kali ngobrol-ngobrol lagi, yang penting sekarang kalian belajar yang rajin dan jangan lupa berdo’a” katanya menasehati. “iyaa pak, kita pengen sukses kayak bapak, gimana caranya???” seru kuntet. “dulu saya punya banyak sekali impian, salah satu di antaranya menjadi Presiden”. “saya juga pengen jadi presiden pak, bisa keliling dunia gratis, hheee J” tambahku. “kalog aku sih pengen jadi pengusaha kayak bapak ini mad” kata kuntet. “semuanya berawal dari mimpi mas, jangan takut buat bermimpi”. “jadi kita boleh bermimpi dong pak???” sahut kuntet. “tapi pak, kata temen saya kalok mimpi itu gak boleh terlalu tinggi, kalog jatuh sakit katanya”. (sambil tersenyum) “gini, boleh saja bermimpi setinggi bintang di angkasa sana, tetapi kita harus segera bangun dari mimpi itu dan mengejarnya. minta do’a sama orang tua kalian juga jangan lupa”. “iya pasti lah pak” sahutku. “wahh, sudah saatnya saya harus ke kantor mas, nanti kalog ketemu kita ngobrol lagi” dengan tergesa-gesa. “uuuhh L, yasudah pak, makasih buat nasihat-nasihatnya” kataku. “mad, emang kamu pengen jadi presiden beneraan??” tanya kuntet. “iyalah tet, coba bayangin, kalog kita jadi presiden semua orang bakal hormat sama kita”. “tapi jadi presiden itu nggak gampang loh mad”. “emang sih, makanya aku harus lebih banyak belajar biar jadi presiden”.  “iya deh iya pak presiden” ejek kuntet. “tapi harus inget, jangan lupa sama aku kalog udah jadi presiden” tambah kuntet lagi. “siapp booss, pulang yuk, udah sore neehh” kataku pada kuntet. (sambill berdiri) “ayoook, tapi mie ayamnya kamu yang bayar ya hehee, beramaaaal biar jadi presiden”. “wuuu dasaar, yawess tak bayarin weh” (sambil berjalan menuju penjualnya). “makaassih masss, jangan lupa mampir lagi ya” kata ibu penjualnya. (sambil senyum) “iya buk, sama-sama”.
“Assalamu’alaikum, buk aku pulang” teriakku sambil berjalan menuju kamarku. “Wa’alaikum salam mad, tumben baru pulang habis dari mana?” tanya ibukku. “habis main lah buk, mumpung masih muda, hehehe... “(sambil senyum). “halah, ibuk dulu waktu muda juga pulang langsung pulang mad-mad”. “buruan ganti baju terus maem sana” lanjut ibukku. “iya nanti aja, masih kenyang. Setelah berganti baju, aku tiduran di kamarku. Kamar yang sudah hafal dengan polah tingkahku, kamar yang bagaikan kapal pecah. Semua barang yang ada di kamarku tergeletak begitu saja. Mungkin bila ada kamar dan seluruh isi di dalamnya bisa berbicara layaknya seorang manusia, mereka pasti akan melakukan demonstrasi menuntut pemimpin kamar yang baru menggantikan aku. Sama seperti para mahasiswa yang menuntut mundurnya presiden Republik Indonesia tercinta ini. “Emangnya mudah jadi pemimpin?? Sulit tauk” Ucapku dalam hati. Emang sih, kalok nilai orang itu lebih mudah daripada nilai diri sendiri. Apalagi kalok disuruh menilai keburukan orang lain pasti akan lebih mudah. Seorang manusia pasti punya kelemahan di balik kelebihan-kelebihannya. Ngomong-ngomong soal presiden nih, kalok boleh di bilang sih presiden yang sekarang itu sudah cukup bagus. Tapi memang, masih banyak sekali kekurangan-kekurangannya. Ya maklumlah, memimpin negara yang jumlah penduduknya teramat padat bukanlah hal mudah. Hajat hidup rakyat masih jauh dari kata layak. Program-program santunan yang di tujukan pada rakyat miskin tidak sampai pada sasaran. Kalaupun sampai paling ya cuman 20% dari total uang yang di rencanakan. Yaahh, inilah indonesia. Presiden memberikan uang semisal Rp 2.000.000,00 per kepala keluarga. paling  turun kena potongan di provinsi, kabupaten, kecamatan, kelurahan. Dan sisanya itulah yang di terima. Negara ini memang kental dengan yang namanya BIROKRASI.  Asal ada uang pasti apa yang di inginkan ada di tangan. Kalok kamu anaknya pejabat pasti semua hormat, tapi kalok kamu anaknya tukang kayu tak ada hormat bagimu. Kalok bicara tentang negara memang tak akan pernah ada habisnya. Para wakil rakyat itu di pilih kan buat rakyat, bukannya malah membunuh rakyat dengan memakan hak-hak rakyat. Andai saja para petinggi negara ini mendengarkan tangisan anak-anak yang terpaksa putus sekolah karena tidak sanggup lagi membayar uang sekolah. Pasti mereka akan sadar. Yaahh,,, andai aja aku ini seorang presiden. Orang nomor satu di negara ini, pasti semua orang akan menghormatiku. Tapi apa mungkin?? Aku ini kan bukan siapa-siapa. Bukan akan presiden, bukan anak menteri, bukan juga anak pengusaha kaya raya. Aku cuman anak warga negara biasa yang ingin merubah dunia. Aku cuman punya mimpi yang entah bisa atau tidak terwujud. Tapi aku berani bermimpi, berani berangan-angan tinggi. Kata orang sih, kalok punya mimpi itu jangan terlalu tinggi, kalok jatuh sakit katanya. Tapi emang gue fikirin?? Enggaklah. Menurutku sih, mimpi itu wajar-wajar aja. Mungkin aja orang-orang hebat yang ada diluar sana dulunya punya mimpi yang jauh lebih tinggi dari apa yang aku impikan. Mimpi itu bisa jadi semangat buat kita untuk berbuat lebih...... lebihh..... dan lebih. Bermimpilah setinggi awan dan cepatlah bangun dari mimpimu dan kejarlah mimpimu itu sampai kau benar-benar tak sanggup lagi untuk mengejarnya. Jangan pernah berhenti mengejar mimpi. Jangan pernah hiraukan orang-orang di sekitarmu yang akan menjatuhkanmu dari mimpimu. Fokuslah pada mimpimu dan bersiaplah untuk maju. “bemimpilah saudara-saudaraku yang super, jangan pernah ragu untuk bermimpi” kata seorang idolaku. Terdengar suara adzan magrib yang membuyarkan lamunanku tentang impian. Setelah mendengar suara adzan yang menggema di angkasa memanggilku untuk melaksanakan ibadah. Suara adzan magrib yang sangat merdu, yang sangat indah di dengar. Aku segera bergegas untuk mandi dan sholat magrib. Sehabis sholat magrib aku keluar rumah menuju ke halaman rumah. Di sini aku dapat melihat banyaknya bintang-bintang di angkasa yang teramat tinggi disana. Bintang yang sangat mustahil dapat di petik oleh manusia. Di antara banyaknya bintang yang ada di angkasa raya, ada satu benda lagi yang namanya bulan. Entah siapa yang dulu ngasih nama itu. Cahaya bulan yang terang menerangi malamku. Sekali lagi kutengok keatas, ke angaka luas. Tak henti-hentinya kuucap rasa syukur. Betapa indah ciptaan tuhan ini. Ingin rasanya aku pergi ke bulan. Mengelilingi angkasa yang luas ini, menikmati ciptaan tuhan ini. Udara malam menusuk sampai tulangku. Menambah rasa syukurku. “maadd,,, makan malem dulu. Dari tadi sore belom makan kan kamu” teriak ibuku dari dalam rumah. “iya buk, aku juga udah laper”. “ibuk masak makanan kesukaanmu nih, balado ikan” “idiihh,, ibuk memang baik deh, tau aja kalok aku kepengen makan beginian”. Makan malam aku lahap dengan nikmatnya. “gimana tadi sekolahmu mad???” tanya ibukku. “hehhe,,, tadi terlambat masuk buk, tapi gak papa kug” (berbangga diri). “walah, kamu i nek di bangunin pagi-pagi malah gak bangun. Itu resikonya orang pemalas” dengan nada agak keras ibuk menasehatiku. “iya deh buk, aku yang salah kug. Besok-besok lagi bangunku agak pagi.” Dengan rasa bersalah aku menjawabnya. Setelah menghabiskan makananku aku berdiri dari meja makan. “eitsss,, piringnya di cuci sekalian.  Mau nyuruh siapa yang nyuciin piringmu???” perintah ibukku. “iya buk, gitu aja pakek ngomel” cerutuku. “buk, aku pengen jadi presiden kayak mereka itu, biar di hormati dan di segani orang lain” kataku pada ibuk. “bener le, kamu pengen jadi presiden??”. “iya beneerlah buk, masak bo’ongan”. “kamu tau gak le, tanggung jawabnya seorang pemimpin itu??” “eempp.... taulah buk. Memimpin bawahannya biar kerjanya bagus” jawabku sekenanya. “bukan cumak itu le, seorang pemimpin itu harus bisa menempatkan dirinya, harus bisa dan patutu di contoh anak buahnya, bukan cumak asal-asalan jadi pemimpin.” “eemp, gitu ya buk. Kalok seorang pemimpin itu dulunya orang baik atau orang yang gak baik tapi berpura-pura baik buk??”. “kebanyakan pemimpin yang jarang terlibat kasus-kasus seperti korupsi dan lain sebagainya itu mereka aslinya orang baik. Orang baik itu, dia akan di cari orang kalok dia itu gak ada. Sebaliknya, kalok orang yang gak baik itu dia tidak diharapkan kehadirannya oleh orang lai'n”. “oohh,, jadi enakan jadi orang baik dong buk”. “iya lah le, makanya kamu jadilah orang yang baik, belajar yang pinter biar di hormati orang lain. Dan ingat, kalok kamu mau di hormati orang lain, hormatilah orang lain juga”. “iyalah buk, pasti. Makasih ya udah nasehatin mamad”. “iya le, udah belajar belom tadi?? Ngalamun aja sih kerjaannya” kata ibukku. “belom i buk, males banget ug mau belajar”. “lha kamu pengen pinter enggak?? Presiden-presiden di seluruh dunia itu semuanya orang pinter loh, gak ada yang bodoh”. “ehehe,, iya deh buk, aku belajar dulu yahh”. “iya sana, habis belajar terus istirahat biar besok fresh.




 To be continoue..............

5 komentar: